PT Rifan Financindo Berjangka - Ballon d’Or 2026 diprediksi menjadi salah satu edisi paling kontroversial dalam sejarah penghargaan ini. Nama-nama besar seperti Ousmane Dembélé dan Mohamed Salah kembali muncul sebagai kandidat utama, namun narasi yang berkembang jauh melampaui sekadar pencapaian individu di lapangan.
Bagi banyak pengamat, kemenangan atau kekalahan kandidat tertentu bukan hanya soal statistik, melainkan juga menyentuh isu politik, media, hingga bias dalam penilaian. Mohamed Salah, misalnya, sering dianggap kurang mendapatkan apresiasi yang setimpal meskipun konsistensi performanya berada di level tertinggi. Sementara itu, Ousmane Dembélé muncul sebagai kuda hitam yang berhasil membalikkan prediksi dengan performa luar biasa bersama klub dan tim nasionalnya.
Statistik Individu: Mengukur Ketajaman dan Konsistensi
Jika menilik dari aspek statistik, Ballon d’Or biasanya menimbang faktor kontribusi gol, assist, dan peran dalam momen krusial. Berikut gambaran perbandingan performa kandidat terkuat:
Pemain | Gol (2025/26) | Assist (2025/26) | Trofi Utama | Rating Rata-rata |
---|---|---|---|---|
Ousmane Dembélé | 28 | 21 | Liga Champions, Euro | 8.2 |
Mohamed Salah | 32 | 15 | Premier League | 8.1 |
Kylian Mbappé | 30 | 14 | Ligue 1, UCL finalis | 8.0 |
Erling Haaland | 35 | 8 | Liga Inggris, FA Cup | 8.0 |
Dari data tersebut terlihat bagaimana Dembélé mampu mendobrak dominasi pemain mapan dengan kontribusi yang menyeluruh, baik dalam mencetak gol maupun memberi assist. Salah, di sisi lain, tetap konsisten sebagai mesin gol Liverpool, meskipun ada perdebatan apakah kontribusinya cukup untuk menggeser dominasi Eropa.
Narasi Media dan Pengaruh Opini Publik
Dalam sejarah Ballon d’Or, seringkali narasi media dan opini publik menjadi faktor yang sama pentingnya dengan performa di lapangan. Mohamed Salah kerap dipandang sebagai sosok yang kurang dipromosikan oleh media besar Eropa dibanding rivalnya. Narasi bias ini membuat sebagian pihak menilai bahwa Salah tidak pernah benar-benar diposisikan setara dengan bintang-bintang seperti Messi, Ronaldo, atau Mbappé.
Sebaliknya, Dembélé mendapat gelombang dukungan luar biasa setelah tampil gemilang di turnamen internasional. Publik Prancis melihatnya sebagai simbol kebangkitan generasi baru setelah era Mbappé, sementara klubnya menempatkannya sebagai pusat proyek besar.
Analisis Historis: Mengulang Pola Ballon d’Or Kontroversial
Sejarah Ballon d’Or mencatat banyak kontroversi. Dari Wesley Sneijder 2010 yang diabaikan meski membawa Inter meraih treble, hingga Franck Ribéry 2013 yang tersisih oleh Cristiano Ronaldo meski Bayern Munich mendominasi Eropa. Pola ini kembali terasa di 2026: apakah Salah akan kembali diabaikan meski konsisten, atau Dembélé justru menulis sejarah baru sebagai pemenang pertama dari generasinya?
Comments
Post a Comment